Kamu tidak perlu jadi yang paling kreatif. Tidak perlu jadi yang paling cepat. Tidak perlu jadi yang paling viral. Kamu hanya perlu konsisten.
Dalam cara kamu menulis. Dalam cara kamu menjawab. Dalam cara kamu memperlakukan orang yang tidak penting. Dalam cara kamu tetap menjaga janji, meski tidak ada yang melihat.
Konsistensi bukan tentang performa. Ia tentang keberadaan.Saat kamu selalu menjawab dengan: Terima kasih, saya coba bantu ya, bukan hanya karena itu “prosedur”, tapi karena kamu benar-benar merasa itu penting maka orang mulai percaya bahwa kamu adalah orang yang bisa diandalkan.
Saat kamu selalu menulis ulang pesan yang terlalu kaku, agar terdengar seperti percakapan manusia, bukan karena kamu ingin terlihat ramah, tapi karena kamu ingin orang merasa nyaman maka orang mulai merasa aman di dekatmu.
Saat kamu tetap membalas DM meski lelah, meski kamu sudah lelah berbicara sepanjang hari, karena kamu tahu, bagi mereka, ini mungkin satu-satunya momen di mana mereka merasa didengar maka kamu bukan lagi sekedar bisnis.
Kamu menjadi tempat. Konsistensi adalah bentuk cinta yang paling tenang. Tidak ada musik. Tidak ada lampu. Tidak ada drama.
Hanya kehadiran yang tidak pernah hilang. Dan di dunia yang begitu cepat, begitu berisik, begitu penuh dengan kebohongan yang terlihat keren orang tidak mencari yang paling hebat.
Mereka mencari yang paling tetap. Yang tidak pernah berubah. Yang tidak pernah kabur. Yang tidak pernah menghilang ketika kamu butuh. Itulah yang membuat mereka kembali.
Bukan karena kamu menawarkan sesuatu. Tapi karena kamu menjadi “sesuatu” bagi mereka. Dan kamu tidak perlu menyadari ini. Karena konsistensi tidak butuh pengakuan. Ia hanya butuh waktu. Dan ketulusan.