Ada masa di mana kamu berpikir:
Kalau aku tampil seperti yang diharapkan, pasti orang akan percaya.
Jadi kamu membeli desain yang “premium”.
Kamu memilih warna yang “netral tapi elegan”.
Kamu menyusun kata-kata yang “profesional dan tidak emosional”.
Kamu menutupi ketidak pastianmu dengan bahasa yang terlalu rapi.
Kamu menyembunyikan kelemahanmu dengan kesombongan yang halus.
Dan kamu merasa:
Aku sudah cukup.
Tapi…
…kamu merasa lelah.
Bukan karena kerja keras.
Tapi karena kamu tidak merasa dirimu ada di dalamnya.
Kamu seperti memakai baju yang bukan ukuranmu.
Terlalu besar di bahu.
Terlalu sempit di dada.
Tidak nyaman.
Tapi kamu tetap memakainya
karena takut kalau kamu melepasnya,orang akan bilang:
Dulu kamu terlihat lebih kuat.
Padahal, yang kamu takutkan sebenarnya bukan kehilangan citra.
Tapi kehilangan dirimu sendiri.
Branding yang hanya jadi pakaian bisa membuatmu terlihat kuat dari luar.
Tapi membuatmu semakin sendiri di dalam.
Karena kepercayaan tidak lahir dari kesempurnaan.
Ia lahir dari keberanian untuk terlihat rapuh dan tetap bertahan.
Ketika kamu memilih untuk menjadi “yang diharapkan”,
kamu sebenarnya memilih untuk menjadi orang lain
dan orang lain tidak bisa dipercaya.
Karena mereka bukan nyata.
Yang kamu butuhkan bukan lebih banyak tampilan.
Tapi lebih banyak kejujuran.
Bukan lebih banyak strategi.
Tapi lebih banyak kedamaian.
Karena branding yang otentik tidak pernah berteriak:
Lihat betapa hebatnya aku!
Ia hanya berbisik:
Ini aku. Aku belum sempurna. Tapi aku disini.
Dan aku ingin berjalan bersamamu bukan di depanmu.
Dan itu… Itu yang membuat orang berhenti.
Menoleh.
Dan bertanya dengan ramah:
Hai… Kamu siapa? Kenalan yuk?